Tuesday, 14 May 2013

SEPUTAR TENTANG SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSI RAWAS


CIKAL bakal nama Kabupaten Musi Rawas tidak dapat dipisahkan dari daerah Musi Ilir. Kawasan bagian barat Provinsi Sumatera Selatan ini menjadi tempat bertemunya hulu Sungai Musi dengan aliran Sungai Rawas. Pemerintah pendudukan Jepang pada 20 April 1943 menggabungkan dua daerah
yang berbeda bahasa dan adat yaitu onder Afdeling (kawedanan) Musi Ulu dan onder Afdeling Rawas menjadi Kabupaten Musi Rawas. Memiliki luas 21.513 kilometer persegi, Musi Rawas merupakan kabupaten terluas kedua di Sumatera Selatan setelah Kabupaten Musi Banyuasin. Sampai saat ini ibu kota kabupaten masih berada di Lubuk Linggau, meskipun Rancangan Undang-undang (RUU) mengenai pembentukan Lubuk Linggau sebagai kota otonom telah disahkan DPR bulan April lalu.

Secara geografis, letak Kabupaten Musi Rawas sangat strategis karena dilalui jalur lintas tengah Sumatera, jalur darat yang menghubungkan Bakauheni di Lampung dan Banda Aceh. Bagaikan dua sisi mata uang, jalan trans Sumatera mampu membuat Kabupaten Musi Rawas tidak terpencil dan cepat tersentuh perkembangan. Akan tetapi keberadaan jalur favorit pengendara darat ini rawan kejahatan. Sudah menjadi rahasia umum jika sepanjang jalan mulai Kabupaten Lahat sampai Lubuk Linggau kerap terjadi perampokan. Kawanan perampok yang sering dijuluki "kutu loncat" ini ditakuti pengendara baik bus antarkota, truk barang, maupun kendaraan pribadi.

Mata pencaharian utama masyarakat kabupaten yang tahun 1999 lalu pendapatan per kapitanya Rp 3,59 juta ini-lebih kecil dibandingkan dengan provinsi Rp 4,69 juta-secara tradisional adalah petani karet. Petani pekebun juga menggarap lahan pertanian tanaman pangan sebagai usaha sekunder. Dari total penggunaan lahan, areal perkebunan karet hampir mencapai seperempatnya atau 507 ribu hektar. Tanaman perkebunan lain yang diusahakan masyarakat adalah kelapa sawit dan kopi.

Beberapa tahun terakhir, tanaman kelapa sawit menjadi primadona baru pada perkebunan Musi Rawas. Perluasan areal perkebunan boleh dibilang cukup fantastik. Tahun 1995 luas lahannya 22.630 hektar, sementara tahun 2000 mengalami peningkatan menjadi 73.455 hektar. Ketertarikan yang tinggi terhadap perkebunan kelapa sawit di Musi Rawas menjadi pemandangan umum di daerah Sumatera bagian selatan, khususnya Provinsi Sumatera Selatan.

Berlainan dengan karet yang sebagian besar adalah karet rakyat, perkebunan kelapa sawit kebanyakan diusahakan oleh perusahaan swasta besar. Kalaupun perkebunan sawit milik petani, sebagian besar merupakan petani plasma dengan inti perusahaan besar. Sampai tahun 2000 lalu tercatat ada tiga perusahaan yang melakukan pola kemitraan inti plasma ini. Sebagai proses lanjutan pengolahan kelapa sawit, dibangun pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) di Kecamatan Muara Lakitan. Subsektor perkebunan ini mempunyai kontribusi sebesar Rp 297,4 milyar dalam total kegiatan ekonomi kabupaten tahun 1999.

Kekuatan ekonomi Musi Rawas di sektor pertanian sangat ditunjang oleh kondisi tanah yang subur. Dataran rendah yang luas menghampar dialiri sungai-sungai seperti sungai Lakitan, Rupit, Kelingi yang bermuara di dua sungai besar, yaitu Sungai Musi dan Sungai Rawas. Tanahnya sangat cocok untuk pertanian. Bahkan sejak 1981, kabupaten agraris ini sukses berswasembada beras dan menjadi lumbung beras di Sumatera Selatan. Sampai sekarang basis pertanian adalah Kecamatan Tugu Mulyo yang merupakan konsentrasi pemukiman transmigrasi pertama dan terbesar.

***
JULUKAN Swarnadwipa atau Pulau Emas yang diberikan pada Pulau Sumatera ternyata berlaku juga untuk Musi Rawas. Di kawasan Kecamatan Rupit dan Rawas Ulu terkandung logam mulia yang cukup besar. Diperkirakan cadangan bijih emas yang ada adalah sekitar satu juta ton dengan kadar emas 1,0-3,65 gram per ton dan bijih perak sebesar 7,5 juta ton dengan kadar 41 gram per ton.


***
POTENSI lain yang layak untuk dikembangkan adalah kepariwisataan. Jika mengamati lambang Kabupaten Musi Rawas, akan terlihat gambar sebuah bukit. Bukit kecil yang bernama Bukit Sulap inilah yang didambakan Musi Rawas untuk menggerakkan sektor pariwisata. Kabupaten ini memang memiliki daerah-daerah yang indah panorama alamnya. Selain Bukit Sulap, juga ada Danau Raya, Gua Napallicin dan arung jeram Sungai Rawas serta air terjun Temam. Tampaknya upaya untuk menggarap sektor pariwisata sudah mulai serius karena ada usaha untuk membenahi infrastruktur jalan-jalan ke lokasi yang selama ini kondisinya memprihatinkan.

1 comment:
Write komentar

tinggalkan jejak