Tuesday 30 June 2015

Sambal Kabau Khas Linggau, Rasa dan Aromanya Bikin Selera Makan Bertambah


@Wak_nyenyes : Masyarakat di Kabupaten Musirawas, Kabupaten Musirawas Utara (Muratara) dan Kota Lubuklinggau tentu sudah sangat familiar dengan buah kabau.
Buah sejenis jengkol dan petai ini, kerap di konsumsi, baik sebagai lalapan maupun dimasak menjadi sambal sebagai lauk saat makan nasi.
Meski ada yang tidak mau mengkonsumsi kabau karena aroma nafas yang ditimbulkan, namun cukup banyak yang doyan karena rasanya yang khas mampu menambah selera makan.
Bagi masyarakat lokal, ada beberapa cara memasak sambal kabau, namun umumnya dengan cara digoreng.
Ada yang suka digoreng kering ada pula yang suka digoreng basah.
Sebelum digoreng, buah kabau yang sudah dikupas dari kulitnya, dibersihkan terlebih dahulu dengan air bersih.
Selanjutnya, buah kabau ditumbuk menggunakan batu giling. Untuk digoreng kering, biasanya ditumbuk agak halus. Sedangkan, untuk digoreng basah, ditumbuk ala kadarnya, asal buah kabau pecah, sudah cukup.
Setelah ditumbuk dan dimasukkan kedalam wadah mangkuk atau piring, buah kabau dibersihkan kembali dengan air bersih, untuk menghilangkan getahnya.
Saat pertama dicuci, biasanya air bilasan akan berwarna putih keruh, karena getahnya masih banyak.
Baru setelah dibersihkan beberapa kali, getahnya berkurang, dan air bekas cuciannya sudah mulai jernih.
Setelah dicuci, buah kabau yang sudah ditumbuk ini siap untuk digoreng.
Caranya, panaskan minyak goreng, kemudian masukkan buah kabau tumbuk ke dalam kuali. Biarkan sekitar 15 menit, sampai warnanya berubah.
Untuk digoreng kering, ketika kabau sudah berubah warna dan agak garing, masukkan sambal giling yang sudah dicampur dengan bawang dan garam secukupnya.
Aduk hingga sambalnya merata dan masak. Setelah masak, sambal kabau siap disajikan sebagai lauk untuk makan nasi.
Adapun jika ingin digoreng basah, setelah buah kabau dimasukkan kedalam kuali, maka bisa dicampurkan dengan air secukupnya.
Biarkan beberapa saat sampai airnya kering dan buah kabau yang digoeng menjadi empuk.
Lalu masukkan sambal yang sudah dipersiapkan, diaduk sampai rata dan matang.
Agar sambal kabau ini tetap basah, maka dalam racikan sambalnya, biasanya dicampur dengan buah cung atau tomat kecil.
Untuk menambah kenikmatan menyantap sambal kabau ini, baik sekali kalau ditemani gulai tempoyak atau gulai pindang
Buah kabau adalah sejenis petai atau jengkol. Bentuk buahnya lonjong berwarna hijau seperti kacang polong dengan panjang sekitar delapan senti meter.
Ketika buah kabau sudah matang, kulitnya mudah untuk dibelah.
Di dalamnya, terdapat buah berjejer rapi, terbungkus semacam kulit warna hitam dibagian luar, dan berdaging kehijauan dibagian dalam.
Tanaman kabau, biasanya tumbuh liar dalam hutan yang banyak dijumpai diwilayah Musirawas, Lubuklinggau dan Muratara.
Aromanya sangat khas, seperti jengkol atau petai. Maka, buah kabau masuk dalam kategori lalapan, sama seperti jengkol dan petai.
Untuk mendapatkan buah kabau, relatif mudah. Kalau sedang musim, biasanya banyak pedagang di pasar-pasar tradisional yang menjual buah kabau ini.
Di warung-warung pemukiman warga yang menjual aneka sayuran, biasanya juga menjual buah kabau.
Di pasar tradisional, buah kabau yang sudah dikupas dijual dengan kisaran harga Rp 25 ribu-Rp 30 ribu per kilogram.
Namun, makan buah kabau jangan terlalu berlebihan. Sama dengan jengkol dan petai, buah ini juga bisa menimbulkan rasa sakit disaluran kemih.
Kalau terkena sakit akibat makan kabau ini, biasanya akan sulit kencing dan terasa sakit atau yang biasa diseebut oleh masyarakat lokal, kena "jirat kabau".
Tertarik mencobanya? Silakan dibuat sambal, tapi ingat, jangan berlebihan ya.

No comments:
Write komentar

tinggalkan jejak