Saturday, 21 September 2013

3 hal tentang POLITIK

Beberapa hari lalu salah satu sahabat saya bertanya, “Jrin, kamu akan terlibat di politik gak nanti?” Pertanyaan yang selalu saya ingin jawab dengan jawaban iya, tetapi saya sadar bahwa hal tersebut sangat sulit. Terjun di politik merupakan salah satu sarana yang paling kuat dan cepat dalam memperoleh kekuasaan – yang tentunya dapat dipergunakan di jalan kebaikan ataupun keburukan. Hal ini yang membuat saya  ingin terlibat di politik karena dengan kekuasaan tersebut, saya berharap saya dapat lebih mudah memberikan kebermanfaatan bagi orang banyak.
Namun, kita semua mengetahui bahwa politik merupakan hal yang keras. Bahkan orang yang semula baik bisa berubah menjadi tidak baik tatkala terjun ke politik. Kita mungkin beberapa kali mendengar orang-orang yang ditangkap oleh KPK padahal orang tersebut memiliki track record yang bersih. Contoh terakhir yang menimpa Bapak Rudi Rubiandini, kepala SKK Migas. Saya beberapa kali mengikuti keberjalanan beliau sejak beliau menjadi salah satu dosen teladan di ITB beberapa tahun silam. Lama berkecimpung di dunia akademik dan professional, baru satu tahun terakhir beliau menyentuh dunia politik ketika diminta menjadi Wakil Menteri ESDM sebelum kemudian menjadi Kepala SKK Migas.
Disini, secara pribadi saya beropini bahwa kasus tersebut tidak diniatkan oleh Pak Rudi (Disclaimer: Saat tulisan ini ditulis, status beliau adalah tersangka dan belum menjalani proses persidangan). Menurut saya, ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab beliau sampai tertangkap tangan menerima gratifikasi sebagai berikut:
  • Beliau tidak bermaksud mendapatkan gratifikasi, namun beliau termasuk polos di dunia politik, sehingga ketika ada gelagat orang ingin memberikan gratifikasi, dia tidak dapat menangkapnya. Apabila ada orang bawa tas golf ke rumah kita, mungkin yang sudah terbiasa dengan hal ini akan merasa tidak wajar dan langsung mengusir orang tersebut.
  • Beliau tidak bermaksud mendapatkan gratifikasi, namun kemudian disaat beliau ditawarkan oleh pihak lain, beliau tergoda untuk memperolehnya
Kembali ke pertanyaan sahabat saya diatas. Apa kemudian jawaban saya? Saya katakan bahwa sangat penting bagi seseorang untuk memiliki tiga hal sebelum terjun ke dunia politik, dan saya sendiri hanya akan terjun ke politik apabila saya memiliki tiga hal tersebut — meskipun, perlu dicatat bahwa premis ini tidak berlaku sebaliknya, yaitu jika saya memiliki tiga hal ini, belum tentu saya pasti akan terjun ke politik. Tiga hal tersebut adalah, Pertama, koneksi yang kuat. Koneksi kuat ini penting untuk membantu kita dalam mengurangi serangan-serangan yang dilakukan oleh lawan politik atau pihak yang tidak suka dengan keberadaan atau sikap kita, termasuk juga bagaimana mengatasi apabila ada serangan-serangan tersebut. Belajar dari kasus Pak Rudi diatas, saya berpendapat bahwa beliau tidak memiliki banyak koneksi yang kuat ketika menjabat sebagai kepala SKK Migas. Dengan demikian, ketika sikap-sikap yang diambil merugikan banyak pihak (entah itu partai politik, konglomerat atau pengusaha yang berkecimpung di dalam bidang migas, dan lain sebagainya), pihak  yang dirugikan tersebut – terutama apabila memiliki kekuasaan dan atau koneksi politik yang luas – dapat melakukan banyak cara untuk menjatuhkan Pak Rudi, salah satunya melalui kasus diatas (andaikan benar bahwa kasus tersebut bukan diniatkan oleh Pak Rudi sendiri).
Kedua, pengetahuan politik teoretis maupun praktis. Mengacu kembali kasus Pak Rudi diatas (lagi-lagi jika asumsi saya benar), menurut saya kasus tersebut tidak akan terjadi jika beliau dapat memetakan pihak-pihak yang terkait dengan posisinya sebagai Kepala SKK Migas, dan bagaimana menghadapi pihak-pihak tersebut terutama pihak yang dirugikan oleh keputusan-keputusan beliau. Poin ini sebenarnya terkait dengan poin satu diatas, yaitu bahwa pengetahuan politik dan praktik-praktiknya di lapangan dapat diperoleh dengan banyak berinteraksi dengan pihak-pihak yang malang melintang terjun di dunia politik.
Ketiga, kekuatan finansial. Hal ini sangat penting sebab alasan finansial inilah yang banyak menjerumuskan pihak-pihak yang terjun di politik. Pejabat publik di pemerintahan atau wakil rakyat dapat dengan mudah memiliki akses terhadap uang negara dan mereka dapat saja menggunakan akses tersebut untuk kepentingan pribadi mereka. Bahkan, kejatuhan para pejabat publik pun dapat saja terjadi meskipun sebelumnya mereka sama sekali tidak berniat untuk itu, seperti contoh kemungkinan kedua yang saya kemukakan dalam kasus Pak Rudi diatas. Nah, memiliki kekuatan finansial dapat mengurangi kemungkinan niat untuk itu, meskipun ini tidak menjamin 100 persen karena godaan dapat timbul pada siapa saja. Selain itu, kekuatan finansial juga menjadikan orang yang terjun di politik untuk berfokus dalam mengerjakan amanah yang dibebankan terhadap dirinya dan tidak lagi terganggu akan hal-hal seperti: Bagaimana keuangan saya nanti apabila saya tidak lagi menjadi pejabat publik.
Apakah saya memiliki tiga hal diatas? Saat ini tidak :) Akan tetapi, siapa yang tahu bagaimana sekitar 15 tahun lagi hehe. Untuk rekan-rekan yang ingin atau sudah terjun di dalam dunia politik karena benar-benar ingin bekerja untuk rakyat, saya ucapkan selamat berjuang, tanggung jawab dan halangan akan berat, semoga dilindungi dari godaan ataupun jebakan.

No comments:
Write komentar

tinggalkan jejak